Rabu, 13 Februari 2013

Bendera,Mars dan Makna dari Logo PMII

Bendera PMII
Pencipta Bendera          : Shaimoery
Warna Dasar                : Kuning
Isi                                 : Lambang PMII terletak pada bagian tengah
Tulisan PMII terletak pada sebelah kiri lambang PMII membujur kebawah, dan nama tingkatan di bawah lambang PMII


Mars PMII
Mars PMII Pencipta      : Shaimoery
Pencipta syair               : Mahbub Djunaidi
Nada                            : 2/4


Lambang PMII
Pencipta lambang PMII             : H. Said Budairi
Makna lambang             :

Bentuk:
1.       Perisai berarti ketahanan dan kemampuan mahasiswa islam Indonesia terhadap berbagai tantangan dan pengaruh dari luar
2.       Bintang adalah perlambang ketinggian dan semangat cita-cita yang selalu memancar
3.       5 lima bintang yang diatas adalah menggambarkan rosullulah dengan empat sahababat
4.       4 empat bintang yang dibagian bawah adalah menggambarkan empat madzhab yang berhaluan ahlusunnah wal jama’ah
5.       9 bintang sebagai jumlah bintang dalam lambang dapat diartikan
Ø        Rosullulah dengan empat sahabatnya serta empat imam madzhab, laksana bintang yang selalu bersinar cemerlang mempunyai kedudukan dan penerang umat manusia
Ø        sembilan orang penyebar islam di Indonesia kita kenal dengan walisaongo

 Warna:
1.     Biru sebagai mana warna tulisan PMII berarti kedalaman ilmu pengetahuan yang harus dimiliki dan digali warga pergerakan. Biru juga menggambarkan lautan Indonesia dan merupakan kesatuan wawasan nusantara
2.     Biru miuda sebagai warna dasar perisai bagian bawah berarti ketinggian ilmu pengetahuan, budi pekerti dan taqwa
3.     Kuning sebagai warna dasar perisai bagian atas, berarti identitas mahasiswa yang menjadi sifat dasar pergerakan, lambing kebesaran dan semangat yang selalu menyala, serta pengarapan menyongsong masa depan


Tujuan PMII


Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia cabang Mamuju pada rabu malam (06 februari 2013) melaksanakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Acara peringatan Maulid yang berlangsung ramai dan meriah ini dilaksanakan di sekretariat PMII Cab. Mamuju Jl. Ahmad Kirang. Tampak para hadirin khusyuk melafadzkn sholawat nabi pada acara tersebut. Yahya Hanafi S.Sos yang membawakan Hikmah Maulid pada acara tersebut berpesan kepada seluruh anggota, kader dan alumni PMII Cab. Mamuju untuk senantiasa mengingat perjuangan dan pengorbanan nabi Muhammad SAW dalam mengembangkan syiar Islam. Dalam peringatan Maulid yang juga dihadiri oleh seluruh mantan ketua cabang PMII Mamuju ini, ketua cabang PMII Mamuju periode 2012-2013 Wahyu Setiawan mengatakan bahwa disamping dari peringatan hari lahir nabi besar kita, acara ini juga berguna untuk tetap menjaga silaturrahmi antara anggota, kader dan alumni."Luar biasa, malam ini seluruh mantan ketua cabang PMII Mamuju sejak tahun 2000 berkumpul bersama, ini kesempatan yang bagus buat sahabat-sahabat yang baru masuk untuk mengenal lebih jauh para senior-seniornya" ungkap Wahyu. Disela-sela acara, Drs. Suardi Mappeabang yang merupakan ketua cabang PMII Mamuju yang pertama ini mengungkapkan bahwa beliau sangat mengapresiasi kegiatan tersebut, "saya sudah sangat rindu untuk berkumpul kembali bersama sahabat-sahabat saya, adik-adik saya dan teman-teman yang lain, giatkan acara seperti ini agar tercipta suasana yang harmonis dalam tubuh PMII" tambahnya. 

Konsolidasi Angkatan Muda Nahdliyyin

Pertemuan yang dilaksanakan pada malam 11 februari 2013 dirumah salah satu mantan ketua cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Mamuju Sulawesi Barat terlihat hangat dan harmonis. Kondisi masyarakat Mamuju yang heterogen memunculkan beberapa permasalahan menjadi issu yang dibahas dalam pertemuan tersebut. Pertemuan yang dihadiri oleh ketua cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Mamuju, ketua FKPMM Mamuju, IPNU Kab, Mamuju, IPPNU Kab. Mamuju dan beberapa Banom NU ini menjadi salah kegiatan yang giat dilaksanakan untuk tetap menjaga silaturrahmi antar angkatan muda Nahdliyyin. "Hal ini sangat memberikan dampak yang positif bagi kita semua, banyak permasalahan dan tantangan kedepan yang harus kita hadapi secara bersama" ungkap Elmansyah pada kesempatan tersebut. Sekretaris umum KNPI Kab. Mamuju ini juga menghimbau kepada seluruh angkatan muda Nahdliyyin untuk tetap menjaga persatuan diantara sesama, "dengan besama-sama, kita bisa menjadi pelopor gerak untuk Mamuju yang lebih baik" pungkasnya.

Nuril Huda Suaidy HA


pendiri pmii

Doa setulus hati kami persembahkan kepada 13 orang penggagas dan pendiri PMII, mereka adalah Sahabat Cholid Mawardi, Said Budairy, M. Sobich Ubaid, M. Makmun Syukri BA, Hilman, H. Isma’il Makky, Munsif Nahrawi, Nuril Huda Suaidy HA, Laily Mansur, Abd. Wahab Jailani, Hisbullah Huda, M. Cholid Narbuko, dan Ahmad Husain . Yang dengan semangat perjuangan dan keikhlasan untuk memperjuangkan kaum muztad’afin agar mendapatkan kehidupan yang layak ditengah arus kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia dalam payung PMII.

Historisitas PMII

PMII, atau yang disingkat dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (Indonesian Moslem Students Movement), dalam bahasa jawanyaadalah Anak Cucu organisasi NU yang lahir dari rahim Departemen perguruan Tinggi IPNU.
Lahirnya PMII bukannya berjalan mulus, banyak sekali hambatan dan rintangan. Hasrat mendirikan organisasi NU sudah lama bergolak. namun pihak NU belum memberikan green light. Belum menganggap perlu adanya organisasi tersendiri buat mewadahi anak-anak NU yang belajar di perguruan tinggi. melihat fenomena yang ini, kemauan keras anak-anak muda itu tak pernah kendur, bahkan semakin berkobar-kobar saja dari kampus ke kampus. hal ini bisa dimengerti karena, kondisi sosial politik pada dasawarsa 50-an memang sangat memungkinkan untuk lahirnya organisasi baru. Banyak organisasi Mahasiswa bermunculan dibawah naungan payung induknya. misalkan saja HMI yang dekat dengan Masyumi, SEMI dengan PSII, KMI dengan PERTI, IMM dengan Muhammadiyah dan Himmah yang bernaung dibawah Al-Washliyah. Wajar saja jika kemudian anak-anak NU ingin mendirikan wadah tersendiri dan bernaung dibawah panji bintang sembilan, dan benar keinginan itu kemudian diwujudkan dalam bentuk IMANU (Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama) pada akhir 1955 yang diprakarsai oleh beberapa tokoh pimpinan pusat IPNU. Namun IMANU tak berumur panjang, dikarenakan PBNU menolak keberadaannya. ini bisa kita pahami kenapa NU bertindak keras. sebab waktu itu, IPNU baru saja lahir pada 24 Februari 1954. Apa jadinya jika organisasi yang baru lahir saja belum terurus sudah menangani yang lain? hal ini logis sekali. Jadi keberatan NU bukan terletak pada prinsip berdirinya IMANU ( PMII ), tetapi lebih pada pertimbangan waktu, pembagian tugas dan efektifitas organisasi. Oleh karenanya, sampai pada konggres IPNU yang ke-2 (awal 1957 di pekalongan) dan ke-3 (akhir 1958 di Cirebon). NU belum memandang perlu adanya wadah tersendiri bagi anak-anak mahasiswa NU. Namun kecenderungan ini nsudah mulai diantisipasi dalam bentuk kelonggaran menambah Departemen Baru dalam kestrukturan organisasi IPNU, yang kemudian departemen ini dikenal dengan Departemen Perguruan Tinggi IPNU. Dan baru setelah konferensi Besar IPNU (14-16 Maret 1960 di kaliurang), disepakati untuk mendirikan wadah tersendiri bagi mahsiswa NU, yang disambut dengan berkumpulnya tokoh-tokoh mahasiswa NU yang tergabung dalam IPNU, dalam sebuah musyawarah selama tiga hari(14-16 April 1960) di Taman Pendidikan Putri Khadijah(Sekarang UNSURI) Surabaya. Dengan semangat membara, mereka membahas nama dan bentuk organisasi yang telah lama mereka idam-idamkan. Bertepatan dengan itu, Ketua Umum PBNU KH. Idam Kholid memberikan lampu hijau. Bahkan memberi semangat pada mahasiswa NU agar mampu menjadi kader partai, menjadi mahasiswa yang mempunyai prinsip: Ilmu untuk diamalkan dan bukan ilmu untuk ilmu�maka, lahirlah organisasi Mahasiswa dibawah naungan NU pada tanggal 17 April 1960. Kemudian organisasi itu diberi nama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII ). Disamping latar belakang lahirnya PMII seperti diatas, sebenarnya pada waktu itu anak-anak NU yang ada di organisasi lain seperti HMI merasa tidak puas atas pola gerak HMI. Menurut mereka ( Mahasiswa NU ) , bahwa HMI sudah berpihak pada salah satu golongan yang kemudian ditengarai bahwa HMI adalah anderbownya partai Masyumi, sehinggga wajar kalau mahasiswa NU di HMI juga mencari alternatif lain. Hal ini juga diungkap oleh Deliar Nur ( 1987 ), beliau mengatakan bahwa PMII merupakan cermin ketidakpuasan sebagian mahasiswa muslim terhadap HMI, yang dianggap bahwa HMI dekat dengan golongan modernis ( Muhammadiyah ) dan dalam urusan politik lebih dekat dengan Masyumi. Dari paparan diatas bisa ditarik kesimpulan atau pokok-pokok pikiran dari makna dari kelahiran PMII: * Bahwa PMII karena ketidakmampuan Departemen Perguruan Tinggi IPNU dalam menampung aspirasi anak muda NU yang ada di Perguruan Tinggi . * PMII lahir dari rekayasa politik sekelompok mahasiswa muslim ( NU ) untuk mengembangkan kelembagaan politik menjadi underbow NU dalam upaya merealisasikan aspirasi politiknya. * PMII lahir dalam rangka mengembangkan paham Ahlussunah Waljama�ah dikalangan mahasiswa. * Bahwa PMII lahir dari ketidakpuasan mahasiswa NU yang saat itu ada di HMI, karena HMI tidak lagi mempresentasikan paham mereka ( Mahasiswa NU ) dan HMI ditengarai lebih dekat dengan partai MASYUMI. * Bahwa lahirnya PMII merupakan wujud kebebasan berpikir, artinya sebagai mahasiswa harus menyadari sikap menentukan kehendak sendiri atas dasar pilihan sikap dan idealisme yang dianutnya. Dengan demikian ide dasar pendirian PMII adalah murni dari anak-anak muda NU sendiri Bahwa kemudian harus bernaung dibawah panji NU itu bukan berarti sekedar pertimbangan praktis semata, misalnya karena kondisi pada saat itu yang memang nyaris menciptakan iklim dependensi sebagai suatu kemutlakan. Tetapi, keterikatan PMII kepada NU memang sudah terbentuk dan sengaja dibangun atas dasar kesamaan nilai, kultur, akidah, cita-cita dan bahkan pola berpikir, bertindak dan berperilaku. Kemudian PMII harus mengakui dengan tetap berpegang teguh pada sikap Dependensi timbul berbagai pertimbangan menguntungkan atau tidak dalam bersikap dan berperilaku untuk sebuah kebebasan menentukan nasib sendiri. Oleh karena itu haruslah diakui, bahwa peristiwa besar dalam sejarah PMII adalah ketika dipergunakannya istilah Independent dalam deklarasi Murnajati tanggal 14 Juli 1972 di Malang dalam MUBES III PMII, seolah telah terjadi pembelahan diri anak ragil NU dari induknya. Sejauh pertimbangan-pertimbangan yang terekam dalam dokumen historis, sikap independensi itu tidak lebih dari dari proses pendewasaan. PMII sebagai generasi muda bangsa yang ingin lebih eksis dimata masyarakat bangsanya. Ini terlihat jelas dari tiga butir pertimbangan yang melatar belakangi sikap independensi PMII tersebut. Pertama, PMII melihat pembangunan dan pembaharuan mutlak memerlukan insan-insan Indonesia yang berbudi luhur, taqwa kepada Allah SWT, berilmu dan cakap serta tanggung jawab, bagi keberhasilan pembangunan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh rakyat. Kedua, PMII selaku generasi muda indonesia sadar akan perannya untuk ikut serta bertanggungjawab, bagi keberhasilan pembangunan yang dapat dinikmati secar merata oleh seluruh rakyat. Ketiga, bahwa perjuangan PMII yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan idealisme sesuai deklarasi tawangmangu, menuntut berkembangnya sifat-sifat kreatif, keterbukaan dalam sikap, dan pembinaan rasa tanggungjawab. Berdasarkan pertimbangan itulah, PMII menyatakan diri sebagai organisasi Independent, tidak terikat baik sikap maupun tindakan kepada siapapun, dan hanya komitmen terhadap perjuangan organisasi dan cita-cita perjuangan nasional yang berlandaskan Pancasila.